
Berkurban adalah bentuk latihan untuk menjadi kaya. Setiap tahun, Idul Adha bukan hanya tentang menyembelih hewan kurban. Ibadah ini adalah cermin besar yang memantulkan cara berpikir seseorang terutama soal kekayaan, keberlimpahan, dan ketundukan terhadap hukum Tuhan.
Hari ini, Kamis 5 Juni 2025, saya merenung setelah tadi sore menyelesaikan kelas privat AMC bersama seorang kepala cabang perusahaan di Surabaya. Saya sedang ada di rumah saya yang di Sidoarjo tepatnya di Safira Garden. Sambil mendengar suara takbir berkumandang menyambut Hari Raya Idul Adha, saya semakin menyadari, kebanyakan orang belum paham bahwa berkurban bukan tentang uang di rekening, tapi tentang isi pikirannya.
Menyembelih Hewan untuk Berkurban adalah Latihan Menjadi Kaya
Ada yang bilang, “Belum mampu berkurban.”Tapi di saat yang sama, orang itu mampu membeli HP terbaru, liburan, atau bayar cicilan motor.Bukan soal mampu atau tidak. Berkurban adalah salah satu bukti berpikir kaya. Mentalitas miskin akan selalu mencari alasan untuk menunda. Mentalitas kaya pasti mencari jalan untuk bisa.
Saya teringat tahun lalu saya berkurban 1 sapi. Tahun ini, saya naikkan level saya menjadi 3 sapi. Bukan untuk pamer. Tapi sebagai bentuk bukti kepada banyak orang tentang cara saya berpikir. Saya tidak ingin dianggap orang hanya bisa mengajarkan orang untuk kaya, sementara saya sendiri takut melangkah. Saya buktikan bahwa AMC bukan teori, tapi ilmu yang bisa dijalani dan saya yang pertama menerapkan dalam hidup.
Baca ini juga : Katanya Paham Spiritual, tapi Kok Tidak Kaya? Salah Sepertinya
Idul Adha: Momentum Menyembelih Ketakutan
Apa yang perlu disembelih dalam Hari Raya Idul Adha ini? Sesungguhnya bukan materi hewan sapi atau kambing. Tapi sesungguhnya menyembelih rasa takutmu. Takut kurang, takut tidak cukup, takut salah langkah. Selama ketakutan itu masih kamu pelihara, jangan harap hidupmu bisa berubah. Karena itu adalah ciri jika kamu tidak suka dengan kekayaan.
Dalam kelas AMC, saya selalu tegaskan:
“Kekayaan bukan datang dari kerja keras, tapi dari pola pikir yang benar dan mengkayakan.”
Dan benar saja, peserta kelas privat hari ini berkata:
“Saya baru kali ini merasa nyambung dengan ilmu pengembangan diri. Buku-buku Mas Firman beda. Saya tersenyum sendiri membacanya. Ternyata rumusnya ada di AMC ini.”
Tertawa bahagia, karena dia akhirnya paham kenapa hidupnya selama ini “terasa kebetulan.” Padahal tidak ada yang kebetulan. Yang ada adalah pikiran yang belum terkendali.
Berani Berkurban Artinya Berani Kaya
Banyak orang ingin rezeki besar, tapi tidak berani menyisihkan untuk kurban. Bagaimana mungkin Anda ingin dititipi lebih, kalau Anda takut melepas sebagian?Kurban bukan hanya ibadah. Tapi adalah deklarasi pola pikir kaya.
“Ya Allah, aku tidak takut memberi, karena aku tahu Engkau Maha Mengganti.”
Dan saya buktikan itu dalam hidup saya. AMC yang saya ajarkan bukan sekadar seminar motivasi.
Ini adalah ilmu mengelola program dalam pikiran, yang telah membawa saya naik level secara nyata termasuk dalam hal berkurban.
Pertanyaan saya, Apakah Anda Siap Naik Level?
Idul Adha ini, tanyakan pada diri Anda: Apakah saya masih takut berkurban? Apakah saya masih menunda karena alasan “belum cukup”? Atau saya mulai menyadari bahwa pikiran saya perlu dibenahi dulu sebelum hidup saya bisa naik kelas?
Saya sebagai pembuat metode AMC, sudah membuktikan. Tahun ini saya naik berkurban 3 sapi. Sebagai bukti kepada Allah bahwa saya sudah naik level dan siap untuk level berikutnya.Dan semua orang juga bisa kalau mau belajar. Karena dalam hidup ini memang harus dijalani dengan Ilmu. Silakan baca buku-buku saya, dan bertemu saya dikelas AMC. Karena rezekimu bukan tergantung nasib, tapi tergantung cara berpikirmu.
Saya sekeluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1446H. Sembelih ketakutanmu. Dan buktikan bahwa kamu layak hidup lebih kaya.